Alergi merupakan suatu kondisi di mana tubuh melakukan penolakan saat ada suatu zat asing yang masuk ke dalam tubuh. Penolakan tersebut bisa menimbulkan beberapa reaksi, seperti gatal-gatal, ruam, mual, muntah, dan beberapa reaksi lainnya.
Namun, reaksi yang muncul setelah mengkonsumsi makanan atau minuman tertentu belum tentu dikategorikan sebagai alergi. Pasalnya, gejala seperti itu hampir sama dengan suatu penolakan sesaat saat tubuh tidak bisa menerima adanya sesuatu yang masuk ke tubuh. Lalu, apakah yang terjadi pada Anda, apakah hanya penolakan sesaat atau memang Anda menderita alergi?
Jadi, alergi terhadap makanan pada dasarnya jarang sekali terjadi, dan diperkirakan hanya terjadi sekitar 0,1-5 persen penduduk menderita alergi. Seseorang yang menderita alergi makanan disebabkan oleh imun yang berpengaruh pada beberapa organ di tubuh seseorang.
Akan tetapi, jika Anda menderita alergi terhadap makanan, maka setelah Anda mengonsumsi makanan tertentu, maka efeknya akan langsung muncul. Sebaliknya, jika Anda hanya mengalami penolakan sesaat seperti gangguan pada sistem pencernaan, maka gejala yang terjadi bisa berupa mual, muntah, atau diare. Namun, ruam atau gatal pun bisa terjadi hanya pada beberapa orang dengan kasus yang sangat sedikit.
Sedangkan reaksi alergi yang dapat mengancam jiwa seseorang disebut anafilaksis. Di mana hal tersebut dapat menyebabkan gangguan pernapasan dan membuat tekanan darah seseorang akan sangat rendah.
Sebaliknya, jika hal tersebut adalah intoleransi makanan, biasanya akan muncul secara bertahap serta tidak melibatkan sistem kekebalan tubuh. Nah, bagi Anda yang menderita intoleransi makanan disarankan untuk mengonsumsi makanan tertentu dalam jumlah sedikit untuk memastikan reaksi yang akan muncul.
Cara lain bagi penderita intoleransi makanan juga bisa melakukan pencegahan reaksi. Misalnya jika Anda menderita intoleransi laktosa, Anda bisa mengonsumsi susu bebas laktosa.
Berikut beberapa kondisi yang dapat memicu intoleransi makanan, di antaranya:
1. Mengonsumsi makanan yang mengandung zat tambahan atau pengawet makanan
2. Ketiadaan enzim tertentu yang diperlukan untuk mencerna suatu makanan secara utuh, seperti laktosa
3. Stres yang berulang atau faktor psikologis lainnya
4. Penyakit celiac, yaitu orang yang menderita gangguan pencernaan yang dipicu oleh gluten, protein yang ditemukan dalam roti dan tepung-tepung
5. Sindrom iritasi perut, misalnya saja kondisi yang menyebabkan kram, sembelit, dan diare
6. Keracunan makanan. Toksin seperti bakteri yang terdapat dalam makanan yang rusak dapat menyebabkan gangguan pada pencernaan yang parah.
Namun, reaksi yang muncul setelah mengkonsumsi makanan atau minuman tertentu belum tentu dikategorikan sebagai alergi. Pasalnya, gejala seperti itu hampir sama dengan suatu penolakan sesaat saat tubuh tidak bisa menerima adanya sesuatu yang masuk ke tubuh. Lalu, apakah yang terjadi pada Anda, apakah hanya penolakan sesaat atau memang Anda menderita alergi?
Jadi, alergi terhadap makanan pada dasarnya jarang sekali terjadi, dan diperkirakan hanya terjadi sekitar 0,1-5 persen penduduk menderita alergi. Seseorang yang menderita alergi makanan disebabkan oleh imun yang berpengaruh pada beberapa organ di tubuh seseorang.
Akan tetapi, jika Anda menderita alergi terhadap makanan, maka setelah Anda mengonsumsi makanan tertentu, maka efeknya akan langsung muncul. Sebaliknya, jika Anda hanya mengalami penolakan sesaat seperti gangguan pada sistem pencernaan, maka gejala yang terjadi bisa berupa mual, muntah, atau diare. Namun, ruam atau gatal pun bisa terjadi hanya pada beberapa orang dengan kasus yang sangat sedikit.
Sedangkan reaksi alergi yang dapat mengancam jiwa seseorang disebut anafilaksis. Di mana hal tersebut dapat menyebabkan gangguan pernapasan dan membuat tekanan darah seseorang akan sangat rendah.
Sebaliknya, jika hal tersebut adalah intoleransi makanan, biasanya akan muncul secara bertahap serta tidak melibatkan sistem kekebalan tubuh. Nah, bagi Anda yang menderita intoleransi makanan disarankan untuk mengonsumsi makanan tertentu dalam jumlah sedikit untuk memastikan reaksi yang akan muncul.
Cara lain bagi penderita intoleransi makanan juga bisa melakukan pencegahan reaksi. Misalnya jika Anda menderita intoleransi laktosa, Anda bisa mengonsumsi susu bebas laktosa.
Berikut beberapa kondisi yang dapat memicu intoleransi makanan, di antaranya:
1. Mengonsumsi makanan yang mengandung zat tambahan atau pengawet makanan
2. Ketiadaan enzim tertentu yang diperlukan untuk mencerna suatu makanan secara utuh, seperti laktosa
3. Stres yang berulang atau faktor psikologis lainnya
4. Penyakit celiac, yaitu orang yang menderita gangguan pencernaan yang dipicu oleh gluten, protein yang ditemukan dalam roti dan tepung-tepung
5. Sindrom iritasi perut, misalnya saja kondisi yang menyebabkan kram, sembelit, dan diare
6. Keracunan makanan. Toksin seperti bakteri yang terdapat dalam makanan yang rusak dapat menyebabkan gangguan pada pencernaan yang parah.
Sumber : Vemale